Selasa, 26 Mei 2020

FOTO DAN BIOGRAFI FOTOGRAFER NASIONAL YANG TELAH GO INTERNASIONAL


FOTO DAN BIOGRAFI
FOTOGRAFER NASIONAL YANG TELAH
GO INTERNASIONAL

1.      Oscar Motuloh
     ( Lampung Barat, 26 Mei 2020. Pukul 19.48)
Oscar Motuloh adalah seorang fotojurnalis terkemuka Indonesia yang lahir di Surabaya pada tanggal 17 Agustus 1959. Ia memulai karirnya dengan menjadi wartawan tulis Antara pada tahun 1988 setelah mengikuti Kursus Dasar Pewarta (Susdape). Pada tahun 1990, dia ditunjuk oleh Parni Hadi, pemimpin redaksi Antara untuk menangani biro foto. Pada awalnya, Oscar belajar fotografi secara otodidak, namun pada taun 1991 dan 1993, ia belajar mengenai fotojurnalisme di Hanoi dan Tokyo.
Oscar Motuloh pernah menjabat sebagai direktur Biro Foto Antara, dan sekarang merupakan penanggung jawab dan kurator Galeri Foto Jurnalistik Antara yang didirikannya pada tahun 1992. Galeri Foto Jurnalistik Antara adalah galeri foto jurnalistik pertama dan satu-satunya di Asia Tenggara yang terletak di daerah Pasar Baru, Jakarta Pusat. Di luar jabatannya di Biro Foto dan Galeri Antara, ia juga mengajar fotojurnalistik di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta dan sering diundang sebagai pembicara dalam acara diskusi foto, sebagai juri dalam lomba-lomba foto, dan sebagai kurator pameran. Oscar Motuloh juga terlibat dalam pembentukan Pewarta Foto Indonesia, sebuah organisasi  yang menaungi para fotojurnalis. Pada tahun 2011, Oscar Motuloh mendirikan Liga Merah Putih bersama Julian Sihombing, Jay Subiakto, Enrico Sukarno, Yori Antar, John Suryadmadja, dan Astafarinal St. Rumah Gadang.
Selain aktif menjadi pewarta foto. Ia juga ikut mendirikan Pewarta Foto Indonesia, organisasi yang menghimpun seluruh pewarta fto di Indonesia. Ia juga mengajar di FFTV Institut Kesenian Jakarta serta beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Ia beberapa kali menyelenggarakan pameran dan workshop bertemakan fotografi. Ia juga pernah menerbitkan sejumlah buku tentang fotografi,
Beberapa pameran tunggal yang pernah diadakannya adalah “Voice of Angkor” yang diadakan pada tahun 1997 dalam kerjasama dengan Pusat Kebudayaan Prancis di Jakarta,”Carnaval” pada tahun 1999, “Chansons Périphériques” pada tahun 2002 mengenai kaum minoritas di Prancis, “The Art of Dying” pada tahun 2003 di Bentara Budaya Jakarta, dan yang “Soulscape Road” atau “Lintasan Saujana Jiwa” pada tahun 2009 di Galeri Salihara. Pameran foto “Soulscape Road” ini juga pernah dipamerkan di Tropenmuseum di Amsterdam m kerjasama dengan Pemerintah Belanda.
Ia juga mengedit buku foto seperti “Samudra Air Mata” yang diterbitkan di tahun 2005 yang menampilkan  hasil karya 17 fotografer mengenai tsunami di Aceh. Selain menjadi editor, ia juga mengkuratori beberapa buku foto dan pameran seperti “The Struggle Continues, 100 Days On” yang diluncurkan di Galeri Foto Jurnalistik Antara, “Viewpoints” yang menampilkan karya Sigit Pramono dan Lans Brahmantyo, “Soul Oddyssey” pada tahun 2005, dan “Omar’s Visual Journey” pada tahun 2010. Pada tahun 2005 juga, bekerja sama dengan 7 fotografer lainnya, menerbitkan buku “The Loved Ones.” Pada tahun 2009 ia menerbitkan buku foto “Soulscape Road” mengenai bencana-bencana yang terjadi di Indonesia. Pada tahun 2011, bersama dengan 9 fotografer lainnya yang sebagian besar tergabung dalam Liga Merah Putih, mengadakan pameran foto dan peluncuran buku foto yang berjudul “Indonesia A Surprise” yang diadakan di Galeri Salihara. Buku Indonesia A Surprise ini menampilkan beberapa puisi dan essay dari Goenawan Mohamad.
 Hasil Foto Oscar Motuloh






Sumber Gambar Oscar Motuloh

Sumber biografi
Sumber Hasil Foto
Ø  https://images.app.goo.gl/ Fee3Jr1Luzgky3ZY8
Ø  https://images.app.goo.gl/mXpoVVHtxokUgNMt5


 2.   Erik Prasetya
( Lampung Barat, 26 Mei 2020. Pukul 19.58)

Erik prasetya adalah fotografer kelahiran Padang pada tahun 1958. Pada awal tahun 2011, ia menerbitkan buku fotografi, Estetika Banal, sebuah monograf  yang merangkum rekaman fotonya selama 20 tahun terhadap kota jakarta. Dalam fotonya ia menggunakan suatu pendekatan agar menangkap apa yang terjadi pada kesehariannya. Reformasi baginya bukanlah suatu eksotis. Reformasi adalah sebuah gerakan yang terlibat di dalamnya.

Hampir semua foto-fotonya kecuali Celinci adalah kesehariannya. Erik Prasetya juga merupakan maesstro fotografi indonesia yang mendunia. Fotografer handal asal  Padangini adalah lulusan Institut Tekologi Bandung dan memulai karir dibidang industri perminyakan. Tak berselang lama erik merubah bidang pekerjaannya.

Erik  Prasetya memperoleh kamera pertama ketika berumur 10 tahun,  Erik Prasetya sangat tertarik untuk mengabadikan setiap momen, dengan belajar cuci-cetak foto, di kamar gelap milik anak teman ibunya. Pada 1990 ia memutuskan untuk memotret khusus di kawasan Sudirman-Thamrin. Pendekatan yang dilakukannya disebut street photography atau fotografi jalanan, yang di masa tersebut belum populer di Indonesia.  Ia menjelaskan pada eranya dahulu, tepatnya pada tahun 1997, menjelang krisis moneter di Indonesia.

 Erik Prasetya bersama dengan Sebastian Salgado, fotografer dunia yang kala itu dibantu Erik untuk memotret kota Jakarta, kesusahan untuk memotret suasana kota. Tiap kali ingin memotret suatu tempat, di mal atau di taman kota, ia harus meminta izin, bahkan dilarang. Di masa Suharto, semua dikontrol. Sebab itu fotografi jalanan tidak pernah berkembang baik di masa Suharto. Fotografi jalanan membutuhkan kedalaman. Ketika fotografer blusukan dan menampilkan sesuatu yang tidak berkenan bagi penguasa, tindakan itu dianggap subversif. 

Ia menjadi reporter berita dan bintang iklan, hingga pada tahun 1997, ia bertemu dengan seorang jurnalis Sebastian Salgado. Erik pun memutuskan untuk bekerja dibidang fotografi dibawah sebastian. Dengan arahan sebastian, erikpun berhasil menemuka gaya fotografi. Erik hingga terkenal ke luar negeri adalah foto street improvisational hitam putih. Karya erik yang menjadikannya satu dari 30 fotografer paling berpengaruh diseluruh Asia adalah jurnal dokumenter Jakarta selama 15 tahun,dengan judul Estetika Banal .
Hasil Foto Erik Prasetya







Sumber Foto Erik Prasetya
Ø  https://www.whiteboardjournal.com/interview/9063/photography-and-jakarta-with-erik-prasetya/


Sumber Biografi

Sumber Hasil Foto
Ø  https://images.app.goo.gl/mVsapDcXF18GQ2Td6


                3.      Andreas Darwis Triadi
( Lampung Barat, 26 Mei 2020. Pukul 20.09)

Andreas Darwis Triadi, sosok pria berdarah Jawa ini merupakan salah satu fotografer profesional di Indonesia. Dia sudah menekuni bidang ini sejak tahun 1979. Namun, banyak lika-liku kehidupan yang harus ia jalani sebelum ia terkenal seperti sekarang. Kualitas hasil karyanya tidak perlu diragukan lagi. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah fotografi bernama Darwis Triadi School of Photograph di beberapa kota di Indonesia. Dia berkomitmen untuk selalu berbagi ilmu tentang fotografi kepada yang ingin belajar dan melahirkan fotografer profesional yang idealis.

Andreas Darwis Triadi atau yang biasa dikenal dengan Darwis Triadi merupakan salah satu fotografer profesional di Indonesia. Ia sudah berkecimpung di dunia fotografi selama 40 tahun dimulai dari tahun 1979. Dia bahkan dipercaya untuk memotret pasangan presiden dan wakil presiden Indonesia terpilih periode 2019-2024, Joko Widodo dan Ma’ruf Amin dalam pemotretan resminya.
Namun siapa sangka bahwa pendidikan yang ia tempuh sebelumnya tidak mempunyai korelasi dengan fotografi. Tetapi ia berhasil membuktikan bahwa hasil perjuangannya tidak akan mengkhianati usaha yang selama ini ia tempuh.

Perjalanan hidup seorang Darwis Triadi memang tidak mudah, apalagi ketika dia mengambil keputusan untuk meninggalkan dunia penerbangan dan mulai merintis kariernya sebagai fotografer. Keputusannya tersebut sempat ditentang oleh kedua orang tuanya, namun ia berhasil meyakinkan kedua orang tuanya bahwa ia juga dapat mencapai kesuksesan dengan menjadi fotografer.
Perjuangannya tidak berhenti sampai di situ, ketika ia memutuskan menjadi fotografer dan dia belum memiliki ilmu yang cukup ia harus berjuang lebih untuk mendapatkan ilmu tentang fotografi.

Ia mulai mendalami dunia fotografi secara otodidak. Ia juga membaca banyak buku yang terkait dengan dunia fotografi dan banyak melakukan praktek langsung, bahkan ia sempat mengikuti beberapa kursus di luar negeri.
Perjuangan panjang tersebut akhirnya dapat berbuah manis, ia berhasil mengikuti pameran yang diadakan di Indonesia maupun di luar negeri. Bahkan ia berhasil memenangkan beberapa penghargaan seperti Matsushita Jepang.

Darwis Triadi awalnya tidak menempuh pendidikan yang sejalan dengan kariernya saat ini. Dia dulunya merupakan lulusan sekolah penerbangan. Pada tahun 1975 ia menempuh pendidikan di sekolah penerbangan di daerah Curug yaitu LPPU Curug, Tangerang. Setelah ia berhasil menyelesaikan pendidikannya tersebut, ia merasa tidak klop dengan dunia penerbangan bahkan ia telah mendapat surat izin sebagai penerbang pesawat pada 1978. Dia mengambi keputusan besar yaitu ia memutuskan untuk beralih ke dunia fotografi.

Hal tersebut merupakan sebuah keputusan yang sangat mengubah hidupnya, apalagi dapat dikatakan ilmu tentang fotografinya masih belum memadai. Namun ia dapat mengejar ketertinggalan mengenai ilmu fotografi dengan membaca buku yang terkait dengan bidang fotografi dan melakukan praktek langsung ke lapangan.
Pada tahun 1983, ia memulai belajar fotografi secara lebih mendalam dengan mengikuti berbagai kursus yang terdapat di beberapa negara seperti Jerman dan Swiss. Alasan ia memilih Jerman dan Swiss sebagai tempat kursus adalah kedua negara tersebut merupakan pusat alat-alat fotografi, khususnya tentang teknik-teknik kamera dan pencahayaan.

Karya Darwis di bidang fotografi juga bisa di lihat dari berbagai macam foto produk-produk untuk iklan dari berbagai produsen besar seperti Nokia, Philips, BCA, Permata Bank, Satelindo, Indofood,Sony Ericsson, Telkom, PT. Unilever, Bank Mandiri, Mustika Ratu, Sari Ayu, Warner Music, Aquarius Music, Sony Music
Darwis juga telah menghasilkan karya berupa buku mengenai fotografi seperti Kembang Setaman, Secret Lighting dan Terra Incognita Tropicale. Juga majalah Indonesian Photographer.

Darwis sering membuat seminar, dan workshop tentang fotografi. Dia juga telah mendirikan lembaga pendidikan fotografi di Jakarta Selatan. Dan memiliki studio Darwis Triadi Photography, dia juga membuka sekolah yang diberi nama Darwis Triadi School of Photography. Sebuah tempat yang merupakan salah satu impian dari Darwis, agar fotografi menjadi lebih terbuka.
Hasil Foto Andreas Darwis Triadi









Sumber Foto Andreas Darwis Triadi
    Sumber Biografi
    Sumber Hasil Foto
Ø  https://images.app.goo.gl/vesiuscswwqk8pmca
Ø  Httos://images.app.goo.gl/fMCxo3riQuvGcj5z7
Ø  https://www.facebook.com/andreasdarwis.triadi.9/photos?lst _tl

        4.   Nicoline Patricia Malina
( Lampung Barat, 26 Mei 2020. Pukul 20.19)
Satu lagi fotografer Indonesia yang mendunia kali ini berasal dari Surabaya, Nicoline Patricia Malina.Pada awalnya, Nicoline telah menempuh pendidikan di bidang seni di universitas Utrecht, Belanda. Setelah itu, ia mulai menekuni profesi sebagai seorang model. Namun, sebagai model, Nicoline merasa tidak dapat mengembangkan kreativitasnya.

Bermula dari diskusi dengan rekan fotografer dalam sesi pemotretan, Nicoline memutuskan untuk menekuni profesi fotografer. Nicoline semakin tertarik dengan dunia fotografi karena ia merasa fotografi adalah cara terbaik baginya untuk berinteraksi dengan dunia. Ia juga merasa bahagia saat mengoperasikan kamera. Karir Nicoline sebagai fotografer pun bermula di negara Kincir Angin.

Gaya fotografi Nicoline mudah dikenali karena memiliki ciri khas kaya akan warna dan detail yang sempurna digabungkan dengan warna hitam putih sinematik. Selama karirnya, Nicoline memiliki klien perusahaan-perusahaan internasional, seperti Elle, Amica, Samsung, dan Coca Cola.

Kini Nicoline telah kembali berkarir di negara asalnya, Indonesia. Pada tahun 2013, ia mendirikan NPM Photography, sebuah lembaga konsultasi dan manajemen seniman kreatif yang mewakili fotografer, ilustrator, pengarah, dan tim produksi bidang fashion, pemotretan, gaya hidup, dan interior.
 Hasil Foto Nicoline Patricia Malina






            Sumber fotoNicoline Patricia Malina
Sumber Biografi
Sumber Hasil Foto
Ø  https://images.app.goo.gl/VEbNUpvuxaLWArpg8

      5. Kayus Mulia

( Lampung Barat, 26 Mei 2020. Pukul 20.46)


Kayus memang memiliki ketertarikan dengan fotografi dari awal. Kayus menempuh pendidikan bidang arsitektur di Aachen, Jerman dan mendapatkan gelar Bachelor of Art fotografi di Brooks Institute, Santa Barbara, Amerika Serikat.

Kemudian, Kayus memulai karirnya di tahun 1986 sebagai fotografer Indonesia. Tepatnya di Tangerang, Kayus membuka studio foto spesialisasi dalam fotografi industrial dan otomotif. Kayus sendiri memiliki ketertarikan terhadap seni fotografi hitam putih yang membuat ia menjadi salah satu dari sedikit fotografer modern yang memproses dan mencetak fotonya sendiri.

Karya-karya fotografi dari Kayus Mulia dipublikasi di Majalah Photo Asia dan Majalah Digital Camera. Karya ini pun tak luput dari perhatian perusahaan kamera ternama, Kodak. Atas prestasi ini, Kayus dipilih sebagai juri di kontes foto Kodak ASEAN di Malaysia tahun 1997 dan kontes tahunan Salon Foto Indonesia.

Kayus dianggap sebagai seorang “guru besar” di dunia fotografi. Hal ini dikarenakan Kayus telah menggelar banyak seminar dan workshop bidang fotografi tentang sudut pandang kamera dan seni fotografi hitam putih di Indonesia. Kayus Mulia juga telah mengadakan banyak pameran fotografi ke luar negeri, seperti Malaysia, Nepal, dan Tibet.
Hasil Foto Kayus Mulia







            Sumber Foto Kayus Mulia
Sumber Biografi
Sumber Hasil Foto


FOTO DAN BIOGRAFI FOTOGRAFER NASIONAL YANG TELAH GO INTERNASIONAL

FOTO DAN BIOGRAFI FOTOGRAFER NASIONAL YANG TELAH GO INTERNASIONAL 1.       Oscar Motuloh       ( Lampung Barat, 26 Mei 2020. P...